Selasa, 10 Mei 2016

Bisnis Minuman Tetap Menggiurkan

Apakah Anda penggemar minuman teh, minuman berkarbonasi, minuman susu, tentu sangat mengenal merek-merek yang bersaing di segmen tersebut. Memang bisnis minuman tetap menggiurkan di tengah perlambatan ekonomi Indonesia.

Sebut saja, omzet industri makanan dan minuman di Indonesia diperkirakan Rp 1.000 triliun pada 2015, menurut asosiasi industri. Nah jika 30% dari jumlah itu adalah omzet bisnis minuman, berarti Rp 300 triliun. Wow, siapa yang tidak ngiler.

Pantas saja, produsen minuman asing berebut untuk masuk dan mereguk omzet bisnis tersebut. Begitu juga produsen minuman ringan Australia yang berencana melakukan ekspansi (perluasan usaha) produksi di Indonesia dengan nilai investasi US$ 53 juta, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Produsen minuman itu termasuk dari 12 perusahaan asal Australia yang siap melakukan investasi di Indonesia. Ini merupakan hasil dari kunjungan promosi upaya menarik investasi dari Selandia Baru dan Australia.

Kepala BKPM, Franky Sibarani, mengatakan ke-12 perusahaan yang siap menanamkan modal di Indonesia cukup beragam mulai dari investasi di sektor industri galangan kapal dan jasa pengerukan, venture capital, industri minuman ringan, peternakan dan budidaya sapi, pembangkit listrik tenaga air, sektor telekomunikasi, web portal property, jasa manajemen sistem, wisata tirta serta perdagangan ritel bahan bangunan.

“Untuk industri minuman ringan sudah komitmen investasi perluasan bisnis mereka sebesar US$53 juta di Indonesia, demikian halnya dengan peternakan dan budidaya sapi sudah mengantongi izin prinsip senilai US$10 juta, serta sektor telekomunikasi yang mendukung jasa aplikasi e-health melakukan perluasan US$10 juta dengan memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam,” kata Franky dalam keterangan tertulis.

Franky menyatakan salah satu perusahaan yang serius untuk menanamkan modalnya adalah yang bergerak di bidang energi terbarukan yakni pembangkit listrik tenaga air yang juga telah memiliki pengalaman joint venture dengan perusahaan China di bidang infrastruktur. “Nilai investasi yang direncanakan untuk pembangkit listrik tenaga air yang akan dibangung mencapai US$100 juta,” jelasnya.

Selain itu, perusahaan yang juga menyatakan minatnya adalah di bidang jasa konstruksi untuk berinvestasi di bidang pengerukan pelabuhan serta berminat untuk membangun galangan kapal dan reparasi kapal. “Nilai investasi untuk jasa pengerukan adalah mendatangkan 1 kapal keruk senilai US$5 juta dan rencananya mereka akan memasukkan 3-5 kapal. Sehingga perikiraan rencana investasi untuk jasa konstruksi pengerukan dan industri kapal keruk dan perawatannya sekitar US$16-30 juta,” ujarnya.

Dia menyebutkan, usaha yang dilakukan oleh potential investor dari Australia diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap upaya pembangunan yang dilakukan di Indonesia. “Contohnya untuk investor galangan kapal dan pelabuhan diharapkan dapat mendorong pembangunan pelabuhan besar maupun kecil di kawasan timur Indonesia sehingga kerjasama yang baik yang telah dibina dengan pelabuhan Townsville di Queensland dapat terus dikembangkan,” jelasnya.

Franky menyebutkan, Australia sendiri merupakan salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia. Data BKPM periode tahun 2010-2015 tercatat realisasi investasi US$2,1 miliar terdiri dari investasi di sektor pertambangan, kimia dasar dan infrastruktur. Dari komitmen investasi tercatat sebesar US$7,7 miliar yang telah didaftarkan ke BKPM terdiri dari sektor industri logam, properti dan sektor peternakan.

Angka realisasi investasi triwulan pertama (periode Januari-Maret) tahun 2016 dari Australia tercatat sebesar US$59,98 juta terdiri dari 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5.070 orang. Secara keseluruhan total investasi yang masuk triwulan perta 2016 tercatat mencapai Rp146,5 triliun meningkat 17,6% dari periode sebelumnya sebesar Rp124,6 triliun.(*)

Sumber: di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar